Yellow
Setelah melakukan opening speech dan memutar lagu First Love dari Haechan, Renjun mulai memperkenalkan Haechan.
“Halo, selamat malam Lee Haechan.”
“Selamat malam semuanya,” Haechan menyapa dengan suara yang agak berat dan Renjun merasa ia perlu menarik nafas perlahan, menenangkan dirinya. Sungguh, ini begitu berat untuk Renjun padahal baru saja dimulai.
“Okay, kita bakal bahas tentang album solo kedua dari Lee Haechan yang bertajuk First Love,” Renjun membaca script dengan lancar. “Boleh diceritakan sedikit tentang album ini?”
“Album ini saya siapkan kira2 hampir satu tahun. Saya benar-benar ingin membuat album ini sempurna, maka dari itu persiapannya cukup lama. Isi lagunya kebanyakan lagu ballad dan sedikit R&B, menceritakan tentang betapa indahnya cinta pertama.” Haechan menjawab dan Renjun berani bersumpah, penyanyi itu menatapnya cukup intens di akhir kalimat.
“Saya sudah mendengar lagu-lagu di album ini, dan, wahh… bagus-bagus sekali, dan tentunya memang berbeda dengan lagu-lagu Haechan sebelumnya ya?”
Haechan tersenyum karena pujian Renjun. “Iya betul. Dari mulai aliran musik sampai gaya berpakaian pun sangat berbeda. Saya ingin memperlihatkan sisi lain saya melalui album ini.”
“Jadi bukan karena berubah, tapi menunjukkan sisi lain, begitu?” Renjun memastikan.
“Iya, benar.”
“Oke kita baca pesan dulu ya. Banyak sekali pesan yang masuk ya malam ini. Dari #0606 'Wah seneng banget kak Ren-D jadi DJ lagi, ditambah guest-nya Haechan! Perfect combo!' Terima kasih. Kebetulan Le-D nggak bisa siaran jadi ya saya gantikan, sekali-sekali boleh lah ya, siaran lagi?
Lanjut, pesan dari #0510 'Penasaran deh sama cinta pertamanya Kak Haechan, bahas dong, Kak Ren'. Bahas nggak ya? Kita serahkan aja sama guest-nya langsung ya. Gimana, Haechan?”
Sumpah, Renjun merasa aneh, awkward, nggak nyaman. Kenapa Renjun yang harus bertanya ini di saat Renjun sendiri sadar yang dibahas adalah tentang dirinya?
“Sebenernya kalau kalian dengar satu album, ya begitu aja sih. Jadi, lewat lagu-lagunya aja ya,” jawaban Haechan membuat Renjun sedikit lega, namun Hendery sang PD memberikan tanda untuk dia membaca pesan dari pendengar lagi.
Renjun melihat ke layar monitornya, sesaat ragu untuk membacakan pesan tersebut.
“Dari #0328 'Apakah ada momen favorit bersama si first love?'” Renjun menatap Haechan, ingin memberi pesan pada si penyanyi agar berhati-hati dengan jawabannya.
“Kalau momen, lihat di MV aja ya. Itu based on true story kok. Kembang api dan sunset di pantai, dan es krim di lapangan tenis. Tapi selain itu ada sih. Waktu valentine.”
Deg!
Jantung Renjun rasanya berhenti berdetak, keringat dingin mulai terasa di kepalan tangannya. Waktu Valentine kan… Renjun mengirim cokelat dan surat secara anonim.
“Waktu valentine dia kirim cokelat ke saya. Sebetulnya berupa anonim, dia titipkan ke temannya. Tapi lucunya, saya melihat ketika dia titipkan cokelat itu. Jadi ya saya tahu itu cokelat pemberian dia.”
Haechan masih menatap Renjun. Renjun sebenarnya takut, karena meski di ruangan siaran hanya ada mereka berdua, tapi mereka diperhatikan oleh staf lain di sana. Sesaat Renjun merasa beruntung ini bukan viewable radio. Renjun berusaha menyembunyikan rasa paniknya, ia mencoba tersenyum.
“Wah, berarti perasaannya terbalas ya?” Renjun sungguh tidak tahu untuk siapa pertanyaan itu, apakah untuk Haechan atau untuk dirinya sendiri?
“Benar. Tapi sakit rasanya karena tau itu terjadi di waktu yang tidak tepat.”
Renjun melihat Hendery melambaikan tangannya di ruangan sebelah, ia mengangguk menangkap pesan Hendery untuk mengakhiri sesi ini.
“Hmm pasti rasanya sakit ya. Tapi maaf banget saya potong dulu untuk kali ini. Lagu berikutnya Lucky dari Jason Mraz.”
“Cuy, salah lagu itu,” protes Dejun si Music Director ketika lagu mulai mengalun.
“Iya, sorry. Ini lagu yang tadi gue siapin waktu nyusun acara.”
“Sempet-sempetnya nyelipin lagu kebangsaan lo.”
Renjun mengabaikan komentar Dejun, sekaligus tatapan tajam Haechan dengan pura-pura membaca script. Baru saja selesai sesi pertama dan Renjun hanya ingin semua cepat berakhir.
“Halo, kembali lagi dengan Ren-D dan Lee Haechan di sini. Nanti bakal dibacain lagi pesan-pesan dari kalian, jadi jangan lupa tinggalkan pesan ya.
Nah untuk Haechan, album ini kan ada 10 track ya. Dari semua track, selain title track, mana lagu yang paling Haechan suka?”
“Musim Semi,” jawab Haechan tanpa ragu.
“Alasannya?”
“Dalam lagu ini menggambarkan perasaan kalau lebih sulit melupakan orang yang kita cintai dan kita tau dia membalas perasaan kita, dibanding melupakan orang yang kita cintai secara sepihak.”
Renjun melihat Haechan yang menunduk dengan tatapan sendu. Pasti hal itu lebih menyesakkan, bukan? Selama ini Renjun hanya menjadi penggemar rahasia Haechan, Renjun pikir ia hanya mencintai secara sepihak. Ketika ia sudah ingin menyerah, ya tinggal berhenti saja.
Tapi ternyata Haechan menanggung rasa yang lebih berat. Mengetahui bahwa mereka saling ada rasa tapi tak bisa bersama, pasti sulit rasanya. Renjun baru mengerti kenapa saat itu, musim semi delapan tahun lalu, Haechan meminta untuk tidak mencintainya. Karena ini berat bagi Haechan.
Tepukan pelan di bahu Renjun membawanya kembali ke realita. Dia berusaha fokus dengan acara yang sedang berjalan ini.
“Wah, ternyata sangat bermakna ya. Memang bagi banyak orang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Hal ini karena cinta pertama adalah perasaan yang sangat intens yang pertama kali kita rasakan. Itulah kenapa kita seolah-olah merasa kita tidak akan merasakan hal yang sama pada cinta yang selanjutnya, padahal tidak seperti itu. Pengalaman pertama, rasa sakit pertama, patah hati pertama yang dialami membuat cinta pertama menjadi berkesan. Ayo, share pengalaman cinta pertama kalian. Yang menarik nanti dibacakan di sini. Sambil menunggu, di sini Haechan mau menyanyikan satu lagu, langsung untuk kalian. Stay tune.“
Seingat Renjun, Haechan akan menyanyikan lagu First Love secara langsung. Haechan mengambil gitarnya dan memberi aba-aba pada Dejun di ruangan sebelah.
Ketika intro dimulai, Renjun tau itu bukan lagu First Love.
'Loh, ini kan lagu…'
“Look at the stars Look how they shine for you And everything you do Yeah, they were all…”
'...yellow.'
“I came along I wrote a song for you And all the things you do And it was called, Yellow.”
Renjun bersumpah ia nggak tahu harus bagaimana. Saat ini hanya mematung melihat Haechan yang sedang menyanyi sambil bermain gitar, sesekali mencuri pandang ke arahnya. Jantung Renjun berdegup lebih kencang. Seperti melihat Lee Donghyuck-nya yang dulu. Cinta pertamanya.
Pada sesi terakhir, Renjun merasa lebih rileks karena pembahasan tak lagi tentang cinta pertama Haechan. Renjun pun mengakhiri acara siaran dengan lagu terakhir dari Haechan, Musim Semi.