Two Male Alphas
Jaemin masih terlelap meski pagi sudah tiba, bahkan matahari mulai meninggi. Ia bebas untuk bangun di siang hari karena ini masih libur musim panas, belum lagi karena tadi malam ada pesta kecil-kecilan di rumahnya.
Saat ia membuka mata dan diam menatap sinar mentari yang masuk melalui celah tirai, pintu kamarnya terbuka. Ia sudah hafal, satu-satunya orang yang bisa memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu hanya ada satu orang.
Bruk.
Seseorang menjatuhkan dirinya tepat di samping Jaemin yang masih terbaring, tangan yang melingkarinya memeluknya erat dari belakang, aroma kopi mulai memenuhi ruangan.
“Good morning, boyfriend.“
Jaemin menoleh, menyadari hal impulsif yang ia lakukan kemarin malam. Ia tersenyum pada sahabatnya yang terlihat bahagia.
“Hey, maaf aku baru bangun,” Jaemin mengucek matanya.
Donghyuck kini mulai menciumi area leher dekat scent glands milik Jaemin, mengendus sambil memejamkan matanya. “Smells like home.”
“Kayak omega nggak sih?”
“Kayak punyaku. Rumahku.”
“Jangan bercanda.” Jaemin mendorong kepala Donghyuck, ia ingin menunjukkan keseriusannya.
“Serius. Wangi kamu kayak apple pie yang Mami sering buat waktu aku kecil.”
“It's not apple pie,” protes Jaemin.
“Iya tau, wangi cinnamon-nya lebih kuat sih.”
“Udah ah, aku belum mandi, Hyuck.”
“Pacarku tetep ganteng kok.”
Jaemin hanya memutar bola matanya dan beranjak dari tempat tidur.
Selesai mandi, Jaemin menemukan Donghyuck sedang bermain game dengan ponselnya di atas ranjang masih berantakan.
“Hyuck.”
“Hmm,” jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari ponsel. Jaemin tahu Donghyuck tidak akan fokus mendengarkannya, tetapi ia tetap lanjutkan.
“Aku kepikiran sesuatu.”
Terdengar serius dengan apa yang akan dibicarakannya, Donghyuck mematikan ponselnya dan kini hanya terfokus pada Jaemin.
“Aku bakal pake scent blocker, Hyuck.”
Donghyuck menaikkan alisnya, bingung dengan keputusan si pacar. “Kenapa?”
“Belum mau biarin orang tau tentang second gender aku.”
Donghyuck mendekat dan duduk di samping Jaemin, kemudian ia menggenggam tangannya dan mengusap pelan. Ia hanya terdiam, membiarkan Jaemin bercerita terlebih dahulu.
“Kamu tau, Papa dan Mama seneng banget aku alpha, apalagi Papa, udah berharap banget. Dan aku merasa, ini jadi pressure buatku. Aku takut aku nggak bisa jadi orang yang mereka harapkan. Kamu tahu, meski aku alpha, bisa jadi aku cuma alpha yang lemah, nggak bisa seperti yang lain.”
Genggaman tangan terlepas dan tergantikan oleh dekapan hangat. Wangi manis dari feromon Donghyuck kini lebih mendominasi dan menenangkan Jaemin.
“You are more than your second gender. Our relationship is also more than that. Aku tahu, kamu khawatir sama hubungan kita.”
“Don't let Papa know about us, okay? At least not now. Aku juga nggak mau teman-teman di sekolah tahu. Aku mau menikmati waktuku di dekat kamu tanpa judgement mereka akan second gender-ku.”
Tangan Jaemin ikut melingkar, memeluk kekasihnya. Wangi segar apel bercampur dengan sedikit spicy dari kayu manis membuat Donghyuck tersenyum.
“We'll be okay, Na. I will fight for us.”
Janji yang terucap di tengah semerbak wewangian kopi bercampur kayu manis saat itu memang tampak mudah dijalankan. Rasa membuncah dan menggebu dari kedua remaja berusia tujuh belas tahun dirasa tak 'kan hilang semudah itu.
Keduanya yakin, dua lelaki alpha pasti bisa bersama.