Third

Mungkin Renjun butuh kopi. Ya, siapa tahu Renjun masih bermimpi, kan? Mungkin kopi dapat membangunkannya atau setidaknya membuat paginya tidak terlalu buruk.

Sayangnya, di meja makan ia sudah menemukan seseorang yang sedang duduk dengan segelas kopi di tangannya. Kali ini Renjun yakin ia bukan Haechan. Bukan karena sosoknya yang terlihat lebih tenang, namun dengan dua kejadian tadi, Renjun yakin ia menemukan Haechan ke-tiga.

“Renjun?” panggilan itu sukses membuat Renjun menaikkan alisnya. Oke, tapi Renjun tidak bisa percaya semudah itu. Lelaki di depannya, memiliki aura yang berbeda dengan Haechan. Terlihat lebih dewasa, bahkan terlihat lebih tua. Not in a negative way, older Haechan looks hot even in his pajamas.

“Siapa?”

Renjun bertanya lebih dulu. Ia ingin memastikan saja.

“Kita di mana?” Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh area dapur di dorm. “And you look a little different,” tambahnya.

“Di dorm Dream. And I'm not your Renjun.”

Jawaban Renjun membuat lelaki itu mengerutkan dahinya. “I'm sorry, what?

“Nama lo siapa?”

“Donghyuck. Lee Donghyuck. Dan tolong jelaskan maksud kamu. Saya tidak mengerti.”

Renjun mengangguk. Tapi tetap saja, kepalanya makin pusing.

“Oke, nanti gue jelasin deh. Sekalian aja sama semuanya kalau udah ngumpul.”

“Semua?”

“Langit? Eh, Renjun.”

Bumi, ya?

Renjun berbalik, melihat Bumi sudah keluar dari kamarnya. Ia kini mungkin sudah paham bahwa Renjun bukanlah Langit.

“Ya udah, kita ngobrol di ruang tengah. Nunggu si– siapanya River join. Gue nggak tau namanya.”

Kedua lelaki dengan paras yang serupa itu saling menatap, mereka masih kebingungan jadi hanya terdiam lalu mengikuti Renjun ke ruang tengah.