Sleeping arrangement
Saat Renjun memasuki kamarnya, kelima pasang mata memandangnya. Sempat Renjun menghentikan langkahnya, namun ia berpikir kembali, ini kan kamarnya? Mengapa harus dirinya yang merasa tidak enak?
“Gue cuma mau bawa baju,” ujar Renjun sebelum salah satu dari mereka bertanya.
“Oh iya.” Renjun berbalik sebelum ia keluar lagi dari kamarnya. “Tentang tidur, kayaknya gue atur sekarang aja, ya?”
Akhirnya Renjun berjalan kembali sampai ia duduk di tempat tidurnya sendiri.
“Dua orang tidur di sini–”
Ketika Renjun menepuk kasurnya, Mahesa langsung menyela sebelum ia melanjutkan kalimatnya, “Gue sama lo aja.”
“Diem dulu. Dua orang di sini, dua orang di sana.” Renjun menunjuk bunk bed di depannya. “Satu lagi ya terpaksa di lantai, nanti gue kasih alasnya. Hyuck, lo di lantai ya.”
“Loh? Kok gue? Kan tadi pagi aja gue kebangun di bunk bed,” protes Donghyuck.
“Karena lo paling bocah kali.” Bumi mengusap kepala Donghyuck yang sedang duduk di sampingnya.
“Saya saja yang tidur di lantai.” Semua mata langsung tertuju pada Pak Donghyuck yang sedari tadi duduk sambil fokus pada laptop milik Renjun.
“Wah, jangan deh. Kasian. Udah paling bener yang paling muda,” sahut Mahesa, tak lupa menunjuk Donghyuck kecil.
“Udah, udah. Gue yang milih. Bapak sama Harzan di kasur gue. Bumi di atas, Hesa di bunk bed bawah. Donghyuck di lantai.”
“Wah pilih kasihnya berasa banget ini tuh.” Bumi berdecak sambil menggelengkan kepalanya.
“Renjun, saya sudah bilang saya di lantai saja, biar yang lain dapat tempat.”
Renjun memajukan bibirnya sedikit, tampak berpikir lagi. “Hmm ya udah, Harzan sama Bumi di kasur, Donghyuck di atas.”
“Pilih kasih banget sama Harzan sih kalau kata gue,” kata Donghyuck.
“Diem lo, bocah. Suka-suka gue ya.”
“Ini tuh, ini tuh kita bertiga sama lo di kasur apa gimana?” tanya Harzan yang kelihatannya sedikit gugup.
“Hahahaha ya nggak lah. Gue di luar, di sofa depan TV. Serem amat gue tidur di sini sama lima orang macam kalian ini,” jawab Renjun, ia bergidik ngeri.
“Beneran nggak apa-apa? Kalau mau lo yang di sini, biar gue yang depan TV kayak tadi.” Mahesa bahkan sampai berdiri, bersiap keluar kamar Renjun.
“No, jangan. Nanti malah heboh. Biar gue aja, okay?”
Melihat anggukan dari kelima lelaki itu, akhirnya Renjun pun merasa tenang. Setelah mengambil baju tidurnya, ia pun keluar dari kamarnya.
“Good night, semuanya.”
“Good night, Renjun.” Kelimanya kompak mengucapkan selamat malam membuat Renjun tersenyum sebelum benar-benar keluar.