Rindu
cw // kissing
Renjun memainkan ponselnya dengan sedikit cemas. Baru saja ia secara impulsif meminta Donghyuck untuk datang dan ia tidak tahu apakah ia menyesali hal itu atau tidak.
Rumahnya sepi saat ini. Orang tuanya sedang ada acara makan malam di luar, kakaknya pun sedang tidak ada di rumah. Renjun sendirian di rumah saat ini. Kenapa bisa-bisanya ia meminta Donghyuck untuk datang?
Suara motor yang terdengar dari luar rumahnya membuat Renjun sedikit panik.
Nggak apa-apa. Cuma minta izin buat peluk aja. Peluk aja cukup.
“Mau cerita apa?” tanya Donghyuck begitu ia duduk di kursi belajar Injun sambil sedikit merapikan rambutnya yang berantakan. Ia tampaknya memang sudah biasa mendatangi kamar Injun.
“Hmm… pacar gue,” Renjun berhenti sejenak. Ia menghembuskan nafas berat. Kesal sendiri sebenarnya. Penampilan Donghyuck yang kasual mengingatkannya pada kekasihnya, Lee Haechan-nya. Renjun tentunya sering melihat persona idol dari seorang Haechan, namun Haechan yang kasual lah yang memberikan perhatian sebagai seorang kekasih, yang memeluknya hangat, menciumnya lembut.
“Lee Haechan.”
“Gimana?” kebingungan terlihat di raut muka Donghyuck.
“Haechan itu pacar gue.”
“Maksud lo, gue yang di sana itu pacar lo? Haechan itu nama panggung Donghyuck kan?”
Renjun hanya menunduk, tidak menjawab pertanyaan Donghyuck. Sedangkan Donghyuck sendiri masih kaget dengan pernyataan barusan. Ada banyak pertanyaan di benaknya.
Jadi, Haechan dan Renjun berpasangan di semesta lain? Tunggu, Renjun bukannya bilang hubungan mereka sulit diterima masyarakat di sana?
Begitu Donghyuck mulai fokus kembali ke Renjun, lelaki mungil itu malah semakin menunduk dan kini terisak. Sesekali menyeka air matanya sendiri, Renjun terlihat lebih kecil lagi karena ia seperti sedang memikul beban yang begitu berat. Donghyuck bangkit dan duduk di samping Renjun. Awalnya ia ragu, namun akhirnya memberanikan diri mengusap perlahan punggung Renjun yang menangis.
“Gue harus apa? Gue bisa bantu apa?”
Hanya butuh waktu satu detik untuk Renjun menenggelamkan kepalanya di bahu Donghyuck. Renjun lelah, lelah dengan rasa rindunya yang tak terbendung.
“Chan.”
Panggilan Renjun membuat dada Donghyuck sedikit sesak, memang hal yang wajar Renjun memanggil nama kekasihnya, yang ia tahu bukan dirinya. Namun, diucapkan tetap saja itu diucapkan dari bibir Hwang Injun, yang terlihat secara kasat mata itu adalah rupa seorang Hwang Injun, bukan Huang Renjun, seorang idol yang bahkan Donghyuck pun tak dapat membayangkan wujudnya seperti apa.
Tapi Renjun hanya sendiri saja di sini, meski banyak wajah familiar, mereka bukanlah orang yang sama.
“Aku di sini, Jun. Kamu nggak sendiri.”
Isakan tangis Renjun semakin menjadi, ia tak mencoba menahan tangisnya lagi. Bajunya kini basah namun Donghyuck masih terus mengusap punggungnya.
Renjun kali ini menyeka air matanya dan berusaha berhenti menangis. Ia menatap sisi samping wajah Donghyuck.
Karena merasa diperhatikan, Donghyuck menoleh. Ketika netra mereka bertemu, Donghyuck merasakan sensasi familiar dalam dirinya, seperti ada kupu-kupu dalam perutnya. Hal ini familiar karena memang itu hal yang biasa terjadi ketika ia menatap Injunnya.
Renjun memang tidak berkata apa-apa, tapi Donghyuck mengerti apa yang Renjun berusaha katakan dalam tatapannya. Ia rindu kekasihnya.
Renjun mengikis jarak antara mereka dan Donghyuck hanya bisa berkali-kali mengingatkan dirinya sendiri bahwa meskipun yang di depannya terlihat seperti Injun, ia bukanlah Injunnya. Ia Huang Renjun. Bukan Hwang Injun.
Sungguh Donghyuck tidak mengerti mengapa matanya otomatis menutup ketika bibir mereka bersentuhan. Awalnya hanya bersentuhan, tak lama Renjun mulai melumat bibirnya pelan. Tangannya meraih pipi Donghyuck, mengusap lembut sambil terus menciumi bibirnya. Tak tahan, Donghyuck membalas ciuman Renjun. Perlahan gerakan bibirnya mulai mengimbangi Renjun yang kerap memagut bibirnya dengan tempo yang lambat, mereka tidak sedang diburu waktu.
Ciuman pertama Lee Donghyuck, remaja berusia tujuh belas tahun itu adalah Huang Renjun dalam tubuh seorang Hwang Injun.