Kiss

cw // kissing


Saat Reno memasuki kamar Haekal, pemuda itu sedang duduk dan memainkan ponselnya.

“Kamu udah siap apaan, Kal?” tanya Reno, menyambung dari yang di chat.

“Siap pundung, atuh.” Yang katanya pundung, malah senyum-senyum. Membuat Reno juga ikut tersenyum karenanya.

Reno duduk di samping Haekal. Kepalanya menoleh ke samping, matanya hanya fokus tertuju pada kekasihnya.

“Tadi ngobrol apa aja sama Abah?”

“Aku besok diajak mancing.”

“Tuh kan. Abah mah emang kitu tah. Yang, kamu ke sini kan buat ngapelin aku. Jangan sama Abah terus, atuh.”

Melihat pacarnya mengomel dan terlihat kesal, membuat senyum Reno tak kunjung luntur sejak tadi.

Pundung, ya?” tanya Reno seraya mendekat ke arah Haekal.

Haekal yang merasakan hembusan nafas Reno begitu dekat, hanya terdiam. Padahal dari tadi ia sudah mengharapkan ini, tetapi dihadapkan dengan kejadian nyata, malah membuatnya gugup.

Perlahan Haekal mengangguk. Dan tanpa menunggu lama, satu kecupan mendarat di pipinya.

“Masih?”

Haekal tidak berani menatap langsung manik mata kekasihnya, jadi lagi-lagi hanya mampu menjawab dengan anggukan lemah.

Kali ini tak ada kecupan singkat di pipi, melainkan jemari dingin Reno yang menyentuh dagunya dan memalingkan muka sang kekasih agar mereka saling bertatapan.

Pelan-pelan Reno bergerak mendekat sampai bibirnya mencium bibir Haekal dengan lembut. Haekal menutup matanya merasakan sensasi luar biasa yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang, rasa bahagia meluap-luap ia rasakan dalam hatinya.

Bibir mereka saling memagut dengan perlahan seolah waktu berputar sangat lambat. Tak perlu terburu-buru untuk menyalurkan rasa cinta satu sama lain. Mereka masih punya banyak waktu. Ciuman terlepas, dan dengan nafas yang masih tersengal mereka saling memandang dan tersenyum kembali.

Dirasa kurang dalam menyampaikan perasaannya, Reno kembali menghujani Haekal dengan ciuman-ciuman kecil di sekitar wajah lelaki Gemini itu. Tawa pelan lolos dari bibir Haekal karenanya.

“Udah, Moreno.”

“Hm? Kamu manggil apa?” Reno masih belum menghentikan serangan ciumannya.

Haekal menangkup pipi Reno dan menahannya dengan kuat. Itu berhasil menghentikan hujanan ciuman itu, dan satu kecupan ia berikan karena gemas melihat Reno dengan bibir yang mengerucut.

“Moreno,” panggilnya, sengaja dengan nada suara yang lebih rendah.

Stop.”

“Moreno,” ulangnya lagi, kali ini ia berbisik di dekat telinga sang kekasih.

“Haekal, jangan.” Kali ini lebih tegas. Reno bahkan memberi jarak antara mereka. “Aku belum mau kebablasan.”

Gelak tawa langsung terdengar di dalam kamar kecil milik Haekal. Si empunya kamar sampai memegangi perutnya sampai tawanya terhenti perlahan.

“Aduh, kamu ada-ada aja.”

“Ya gimana, Kal. Suara kamu seksi gitu. Udah ah, aku mau tidur aja.”

Reno pun menyuruh Haekal pindah agar dirinya bisa berbaring di kasur milik Haekal.

“Kok tidur sih?” protes Haekal.

“Ya udah sini cuddle.” Reno merentangkan tangannya dan Haekal pun langsung menghamburkan dirinya dalam pelukan kekasihnya.

Area rahang Reno langsung jadi sasaran pertama Haekal, ia mengendus bagian itu dan membuat Reno terkekeh pelan. Reno menoleh dan mengecup hidung Haekal.

“Sayang kamu,” bisik Reno sambil menatap Haekal. Yang ditatap malah malu dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher si pacar.

“Sayang kamu juga.”