Kedua
Haechan menggenggam erat tangan mungil kekasihnya. Tak henti-hentinya ia berdoa dan mengucap agar Renjun segera bangun. Air mata mengalir di pipinya. Namun Huang Renjun tak kunjung membuka mata. Haechan takut, takut sekali ia tak bisa bertemu kembali dengan kekasihnya.
“Renjun. Bangun ya. Nanti kita makan apapun yang kamu mau deh, aku ngikut. Nanti kita nge-date keluar ya, udah lama kan kamu pengen kita nge-date di luar tapi nggak sempat terus. Nanti… nanti aku sering nginep di dorm kamu biar kamu nggak kangen terus. Tapi bangun ya, sayang. Aku nggak bisa nggak ada kamu.”
Operasi Renjun selesai sepuluh jam yang lalu namun ia belum juga siuman dan kini sedang berada di ruangan ICU. Haechan terus menunggunya tanpa lelah. Berkali-kali Haechan menengok Renjun yang masih terlelap dari balik kaca ruang ICU.
Sampai akhirnya manajernya menyuruh dia untuk pulang, ia tak mau pulang sebelum bertemu dengan kekasihnya. Suster akhirnya mengizinkan Haechan mengunjungi Renjun sebentar. Dan di sinilah dia sekarang.
Ada pergerakan lemah dari jemari Renjun dan Haechan pun menggenggam tangan itu semakin erat, mengucap kata dan janji manis jika Renjun bangun nanti.
“Renjun, sayang. Aku janji akan lebih sayang kamu, akan selalu lindungi kamu. Meskipun emang hubungan kita cuma sedikit orang yang tahu, meskipun semua orang akan menentang kita, aku akan memperjuangkan kita, Renjun. Aku mohon kamu bangun ya. Cepet sehat lagi biar kita bisa sama-sama lagi.”
Perlahan kedua mata itu terbuka, Renjun menatapnya. Haechan sungguh bahagia sekali. Sebelum sempat Haechan memanggil suster di luar ruangan, Renjun memanggilnya pelan.
“Hyuck…”
Matanya kembali menutup dan tak sadarkan diri, Haechan panik. Alat-alat yang menempel pada tubuh Renjun tidak mengindikasikan ada sesuatu yang berbahaya namun Haechan bergegas memanggil suster.
Haechan menunggu di luar ruangan ICU ketika dokter memeriksa keadaan Renjun, beberapa menit saja terasa lama.
Dokter menyatakan Renjun baik-baik saja untuk saat ini, mereka masih harus terus memantau keadaannya tapi setidaknya tidak dalam masa kritis saat ini.
“Haechan. Sekarang pulang dulu ya, nanti saya pasti kabari terus untuk keadaan Renjun. Besok orang tua Renjun datang, kamu tidak bisa terlihat seperti ini di depan mereka,” begitu ujar manajernya setelah dokter menjelaskan keadaan Renjun pada Haechan.
Haechan hanya mengangguk dan mengikuti manajernya untuk kembali ke dorm dan istirahat.