End

“Enggak, aku nggak berhalusinasi, emang beneran ada loh kemarin.”

Mereka kini keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. Di sana ada Jaemin yang sedang memasak dan Jisung yang duduk di kursi makan dengan mata setengah tertutup.

“Ingat nggak waktu aku kirim foto selca di mobil yang malem? Nah itu aku kirim ke Gochujang juga sebelum ke kamu kan, soalnya–”

“Kamu kirim itu ke Gochujang? Duluan??”

Suara gebrakan di meja membuat mata Jisung terbuka lebih lebar.

“Apa sih? Gochujang apaan?” tanya Jaemin, sedikit membalikkan tubuhnya agar bisa mendengarkan pembicaraan Haechan dan Renjun lebih jelas.

Haechandeul,” jawab Renjun singkat.

“Kalian nggak sadar kemarin di sini ada gue? Lima orang yang bentukannya sama kayak gue, di dorm ini, dan kalian nggak lihat?”

“Siapa?” Jeno yang baru keluar dari kamar mandi bergabung dengan mereka, ia duduk di samping Jisung. Di depannya ada Haechan dan Renjun.

“Hmm kemarin tuh emang kayak ada yang aneh sih, tapi gue nggak lihat ada lo di sini. Jangankan lima, satu aja nggak lihat,” sahut Jisung sebelum meminum susunya.

“Kok ada lima?” Jeno terlihat heran.

Jaemin malah cekikikan sambil memasak. “Ohh, karena ada lima jadinya Haechandeul? Gochujang? Hahahaha oke juga.”

The real Haechan bahkan nggak masuk circle Gochujang.” Haechan menyipitkan matanya saat menatap pacarnya dari samping.

“Yaaang, kan aku udah bilang, aku nggak mau nanti kamu jadi nggak bisa fokus sama kerjaan kamu gara-gara grup itu. Udah dong.” Renjun mengguncang pelan badan Haechan.

“Iya, iyaa. Eh, tapi kalian beneran nggak ada yang ketemu salah satu dari mereka?”

“Oh, semalem gue ketemu lo waktu ke toilet. Lagi nyuci piring, terus dia kayak nyebut apa ya? Bulan? Nggak tahu deh tuh maksudnya apa, gue lagi ngantuk jadi ya udah gue balik ke kamar.”

Jawaban Jeno langsung membuat Renjun berteriak senang. “Nah kan! Aku nggak halu, Yang.”

“Terus gimana? Beda nggak sama gue?”

“Yaa sama aja sih, gue lihatnya sekilas doang soalnya.”

“Jadi pengen ketemu Jisung Jisung lainnya.” Jisung menyahut sambil menopangkan dagu di tangannya.

Jaemin kini bergabung duduk dengan yang lainnya setelah menaruh masakan di meja. “Gue sih ya mikirnya, kalau Renjun ketemu lima Haechan palingan pusing.” Pernyataan tersebut mendapatkan anggukan dari Renjun. “Yang gue penasaran, kalau si Haechan ketemu lima Renjun, kuat nggak tuh dia?”

Haechan menghela nafas lalu ia menempelkan kedua tangannya, menautkan jari-jarinya, dan menatap ke atas seperti sedang berdoa.

“Semesta, tolong jangan biarkan gue ketemu lima Renjun ya. Satu aja cukup, beneran.”

Doa Haechan diikuti suara tawa dari teman-temannya. Renjun menggenggam tangan Haechan dan mengelusnya lembut.

“Kamu nggak boleh ketemu yang lain, kamu cuma punya aku aja.”

Haechan pun tersenyum. “Iya, Renjun sayang, aku cuma punya kamu.”

—end.

by tee.