Accidentally
Kegiatan belajar bersama kini menjadi hal yang rutin dilakukan Renjun dan Donghyuck. Renjun yang selama ini hanya menjalani kehidupannya sebagai idol kemudian tiba-tiba dihadapkan dengan pelajaran-pelajaran anak kelas 3 SMA, tentu saja menjadi bingung. Ia bersyukur Donghyuck mau membantunya melewati semua ini.
“Gimana? Udah ngerti?” tanya Donghyuck setelah menjelaskan pelajaran Fisika padanya.
“Hmm.” Renjun mengangguk meski sebenarnya ia tidak terlalu paham.
Donghyuck menghela nafas berat. “Ya udah sini gue kerjain aja ya. Palingan gue juga ujung-ujungnya emang harus ngerjain.”
Donghyuck akhirnya mulai mengerjakan tugas Fisika Renjun, memang tidak banyak, tapi Donghyuck anggap sebagai latihan saja karena ia pun memang harus belajar untuk mengejar cita-cita masuk universitas yang ia inginkan.
Renjun hanya memperhatikan Donghyuck sambil menopang dagunya. Berpikir bahwa inilah yang terjadi jika seandainya Haechan tidak memutuskan menjadi idol. Pasti ia akan jadi murid yang pandai di sekolah.
“Hyuck,” panggil Renjun pelan.
“Hm,” Donghyuck masih fokus mengerjakan soal fisikanya.
“Bosen, Hyuck,” rengek Renjun.
“Ya namanya juga belajar.”
“Hyuck.”
“Apa?”
“Lihat sini,” panggil Renjun lagi.
Ketika Donghyuck mengangkat mukanya dari soal-soal Fisika, ia mendapati Renjun yang sangat dekat.
“Boleh cium nggak?”
Sungguh, kadang Donghyuck bingung sendiri, ia tahu Renjun memang tidak polos, tapi sang idola itu mengatakan semuanya dengan raut muka Hwang Injun yang polos yang ia kenal betul, jadinya Donghyuck sering merasa bingung.
Donghyuck menghela nafasnya, kerap mengingatkan dirinya kalau yang di depannya itu Huang Renjun si idol.
“Oke.”
Baru saja bibir mereka beradu, belum sempat ciuman itu menjadi semakin dalam, teriakan terdengar dari arah pintu rumah Injun.
“Dek! Kamu ngapain??”
Langsung saja kedua insan itu saling menjauh mengetahui mereka tak lagi hanya berdua di rumah Injun.
“Hey, Donghyuck! Lo apain adek gue?”
Donghyuck terlihat menunduk, sedikit takut karena kehadiran Wookhee, kakak dari Injun.
“Ng–nggak, Kak. Cuma belajar Fisika.”
“Mana ada belajar Fisika cium-cium kayak gitu. Sejak kapan lo pacarin adek gue?”
“H-hah? Nggak, Kak. Nggak pacaran,” jawab Donghyuck pelan, masih menunduk di depan Wookhee.
“Injun, kok kamu mau aja ciuman sama dia tanpa status gitu?”
“Nggak gitu, Bang.”
“Tunggu, tunggu. Donghyuck, denger ya, gue nggak mau kalian main cium-cium tapi nggak ada status kayak gini. Sekarang gini aja. Lo suka sama Injun nggak?”
Donghyuck kebingungan. Ia menatap Renjun yang memberi isyarat dengan menggelengkan kepalanya.
Tapi, Donghyuck memang menyukai Hwang Injun, kan? Wookhee menggebrak meja, membuat Donghyuck dan Renjun kaget. “Suka nggak sama Injun?”
Akhirnya Donghyuck mengangguk. “Suka, Kak.”
“Oke, kalau gitu. Karena Injun juga suka sama lo, kalian jadian aja, oke?”
“Bang? Sejak kapan gue suka sama Donghyuck?” protes Renjun.
“Nggak usah pura-pura ya, Jun. Abang tau Injun naksir Donghyuck udah lama.”
Kali ini Donghyuck ikut kaget dengan pernyataan Wookhee.
“Tapi–” tadinya Renjun ingin protes lebih jauh, tapi tidak mungkin ia mengelak, karena saat ini orang melihat dirinya sebagai Hwang Injun.
“Inget ya, pacarannya yang wajar aja. Congrats yaa hahahahahaha.”
Wookhee yang tadinya terlihat intimidating, malah tertawa bangga sambil berjalan menuju kamarnya, meninggalkan kedua anak remaja yang kini kebingungan dengan status mereka yang tiba-tiba sudah jadi sepasang kekasih.
Renjun menepuk kepalanya pelan. Sedangkan Donghyuck terlihat masih shock dengan kejadian barusan. Semua terasa sangat cepat.
“Oke, oke. Kita cukup pura-pura aja di depan Bang Wookhee, ya? Biar nggak ribet aja.” Renjun menyimpulkan.
“So we're not really–?”
“Nggak lah, Hyuck. Gue punya pacar. Pacar gue Lee Haechan. Meski yaa, saat ini gue bukan jadi Renjun dan gue nggak lagi bareng Haechan, dan lo literally punya muka sama kayak Haechan, you're not him.”
Donghyuck mengangguk. Renjun benar, bagaimanapun saat ini mereka harus menjalani takdir yang terjadi pada mereka.